Berapa Hari Lagi Puasa 2025? Ini 2 Cara Penentuan Awal Ramadan dalam Islam

Kamis, 02 Januari 2025 | 08:09 WIB   Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
Berapa Hari Lagi Puasa 2025? Ini 2 Cara Penentuan Awal Ramadan dalam Islam

ILUSTRASI. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Reginaldus S.S. Serang menggunakan teropong untuk memantau Hilal penetapan awal Ramadhan 2022 di Kantor BMKG Kupang, NTT, Jumat (1/4/2022).


RAMADAN - Jika mengacu kalender hijriah yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag), bulan Ramadan di tahun 1446 H atau 2025 masehi akan dimulai pada awal Maret. Mari cari tahu cara penentuan awal Ramadan yang diakui dalam Islam.

Waktu awal Ramadan di Indonesia kerap kali berbeda, tergantung pada penghitungan Kemenag dan ormas-ormas Islam yang ada.

Untuk tahun ini, awal Ramadan 2025 kemungkinan akan ada di tanggal masehi yang sama. Kalender Hijriah Kemenag menetapkan awal puasa 2025 atau 1 Ramadan 1446 H adalah tanggal 1 Maret. Tanggal itu juga sejalan dengan penetapan Muhammadiyah berdasarkan metode kalender Hijriah Global Tunggal.

Dalam Islam, ada dua metode penentuan awal Ramadan yang menjadi acuan utama. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Juga: Malam 1 Rajab 2025 Jatuh Tanggal Berapa? Ini Penjelasannya

2 Cara Penentuan Awal Ramadan

Adanya dua cara atau metode penentuan awal Ramadan dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

"Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Syaban menjadi 30 hari," (HR Bukhari dan Muslim, hadits no.1776).

Berdasarkan hadist tersebut, jelas bahwa kewajiban berpuasa dimulai saat melihat hilal dan pelaksanaannya digenapkan menjadi 30 hari.

Ada dua metode yang bisa digunakan dalam penentuan awal Ramadan, yaitu:

Baca Juga: Urutan Bulan Hijriah dalam Kalender Islam beserta Makna dan Hari Besar

1. Metode Rukyatul Hilal

Mengutip BAZNAS, rukyat bermakna melihat dengan mata dan hilal berarti bulan sabit. Penentuan awal puasa Ramadan dengan metode ini artinya didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung yang berbentuk sabit atau belum terlihat bulat dari bumi.

Penjelasan mengenai metode Rukyatul Hilal juga muncul dalam surat Al-Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman yang artinya:

"Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut."

Bulan yang dimaksud adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru. Bulan inilah yang disebut dengan hilal.

Pengamatan hilal dilakukan pada  hari ke-29 atau malam ke-30, dari bulan yang sedang berjalan. Bila malam tersebut hilal sudah terlihat, maka malam itu sudah dimulai bulan baru.

Jika masih belum terlihat, maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan.

Sebagai catatan penting, untuk melihat hilal biasanya posisi bulan harus berada dua derajat di atas matahari. Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari matahari ke arah kanan atau kiri. Semakin lebar maka makin mudah melihat hilal langsung.

Baca Juga: Tahukah Anda? Puasa Intermiten bisa Berdampak Negatif bagi Pertumbuhan Rambut

2. Metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal

Metode kedua yang bisa dilakukan adalah Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Metode hisab ini merupakan metode penentuan awal Ramadan melalui perhitungan astronomis.

Mengutip laman resmi BAZNAS, ada tiga kriteria dalam penentuan hilal dengan metode ini, yaitu:

  1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi)
  2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam. 
  3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).

Ketiga kriteria tersebut harus terpenuhi untuk menandakan telah masuk dalam awal bulan hijriyah. Namun, bila menggunakan metode hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub, tidak perlu lagi mempertimbangkan keberadaan bulan saat matahari terbenam di atas ufuk atau bukan.

Metode ini digunakan oleh Muhammadiyah. Kriteria dalam metode hisab wujudul hilal dipahami berdasarkan surah Yasin ayat 39-40, yang artinya:

"(39) Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (40) Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya."

Atas dasar inilah, para ulama yang paham perhitungan hisab mengumpulkan pola peredaran bumi, bulan, dan matahari. Pola tersebut menjadi dasar perhitungan penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri.

Itu dia dua metode utama yang biasa digunakan untuk menentukan awal puasa Ramadan. 

Tonton: Daftar HP yang Tak Bisa Menggunakan WhatsApp, Berlaku 1 Januari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Terbaru