KEMARAU - Kenapa hujan terus menerus di daerah tertentu? Intip penjelasan terkait apa itu Kemarau basah. Secara umum, musim hujan di Indonesia biasanya berlangsung dari sekitar bulan Oktober hingga Maret, sesuai penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Setelahnya, wilayah Indonesia seharusnya memasuki musim kemarau yang cenderung kering dan minim hujan.
Namun, kondisi cuaca pada Mei 2025 menunjukkan fenomena yang berbeda. Di sejumlah daerah, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih terus turun, meskipun secara kalender iklim seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
Fenomena inilah yang dikenal dengan sebutan Kemarau Basah. Lalu, kenapa fenomena ini bisa terjadi? Intip informasi selengkapnya.
Baca Juga: Apa Itu Kemarau Basah? Ini Arti, Tanda-Tanda, dan Prediksi BMKG
Apa Kaitan dengan Kemarau Basah?
Kemarau basah merupakan kondisi saat curah hujan tetap tinggi atau di atas normal meski sudah memasuki periode musim kemarau. Artinya, meskipun secara teknis sudah tidak berada dalam musim penghujan, langit masih kerap mendung dan hujan pun masih sering turun.
Fenomena ini bisa terjadi akibat gangguan pola iklim global maupun regional, seperti pengaruh angin monsun yang belum berganti sempurna, suhu permukaan laut yang hangat, atau dinamika atmosfer lainnya yang mendorong terbentuknya awan hujan.
Lalu, kondisi hujan terus menerus dapat menimbulkan kemarau basah, karena kondisi:
- Peralihan Monsun yang Lambat: Monsun Australia yang biasanya membawa udara kering belum sepenuhnya mendominasi.
- Suhu Laut yang Masih Hangat: Perairan Indonesia yang lebih hangat dari biasanya bisa memperkuat pembentukan awan hujan.
- Pengaruh Global seperti La Nina atau Madden-Julian Oscillation (MJO): Fenomena-fenomena ini bisa memperpanjang masa hujan di luar musimnya.
Akibatnya, masyarakat masih merasakan hujan cukup sering, terutama pada sore hingga malam hari, meskipun sudah menginjak pertengahan tahun yang seharusnya cenderung kering.
Baca Juga: BMKG Sebut Indonesia Alami Kemarau Basah, Apa Itu?
Prediksi BMKG
BMG menginformasikan bahwa sejumlah daerah di Indonesia tengah mengalami kemarau basah, yaitu kondisi di mana hujan masih turun meskipun secara kalender telah memasuki musim kemarau.
BMKG memperkirakan fenomena ini akan berlangsung hingga akhir musim kemarau pada Agustus 2025.
Setelah itu, Indonesia diprediksi memasuki masa transisi atau pancaroba pada September hingga November 2025, sebelum musim hujan dimulai pada Desember 2025 dan berlangsung hingga Februari 2026.
Penyebab Kemarau Basah di Indonesia
Ada beberapa penyebab terjadinya kemarau basah pada bulan April hingga Agustus.
1. Pengaruh La Nina
La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia karena suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih dingin dari normal. Ini meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
2. Peningkatan Aktivitas Monsun Asia atau Angin Timur
Jika monsun lebih aktif dari biasanya, bisa membawa lebih banyak uap air ke wilayah Indonesia.
3. Pengaruh Suhu Muka Laut yang Hangat di Perairan Indonesia
Perairan yang lebih hangat memicu penguapan lebih tinggi sehingga pembentukan awan hujan lebih intensif, meskipun sedang musim kemarau.
Baca Juga: 8% Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau 2025, Di Mana Saja?
Tanda-Tanda Kemarau Basah
Biasanya tanda-tanda kemarau basah bisa ditemui dengan kondisi berikut.
- Tetap terjadi hujan ringan hingga sedang saat seharusnya musim kering (biasanya April–September).
- Kelembapan udara tetap tinggi.
- Tanaman tetap tumbuh subur tanpa perlu banyak penyiraman.
- Sungai dan embung tidak mengalami kekeringan ekstrem.
- Langit sering berawan, tidak sekering biasanya.
Yang Perlu Dilakukan Saat Kemarau Basah
1. Pertanian & Perkebunan
Petani tetap waspada terhadap serangan hama dan penyakit tanaman yang lebih mudah berkembang di kondisi lembap.
Mulai dengan penyesuaian jadwal tanam dan jenis tanaman, terutama untuk lahan tadah hujan. Selain itu, pastikan untuk meningkatkan sistem drainase agar lahan tidak tergenang saat hujan turun.
2. Kesehatan Masyarakat
Waspada penyakit berbasis air, seperti demam berdarah, leptospirosis, dan diare, karena genangan air tetap bisa terjadi.
Terakhir, Anda perlu menghindari aktivitas di luar ruangan saat hujan mendadak, untuk mencegah penyakit akibat perubahan cuaca.
Demikian penjelasan seputar apa itu Kemarau Basah yang terjadi di Indonesia hingga tips menghadapinya.
Tonton: Bos Freeport: Smelter Gresik Beroperasi Akhir Juni 2025
Selanjutnya: Hengkang Dari Real Madrid, Ini Daftar Prestasi Luka Modric Selama Berkarir
Menarik Dibaca: Baru 11% Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau 2025, Di Provinsi Mana Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News