Berikut gejala dan cara mengatasi diare pada anak

Rabu, 31 Maret 2021 | 21:45 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Berikut gejala dan cara mengatasi diare pada anak


KESEHATAN - Diare pada anak seringkali membuat orangtua khawatir. Untuk itu, gejala dan cara mengatasinya.

Menurut WHO, diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya, tiga kali atau lebih dalam sehari. 

Selama terjadi diare pada anak, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya.

Hal ini tak jarang dapat menyebabkan dehidrasi bagi penderita diare. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa.

Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi saat diare pada anak adalah salah satu hal penting dalam penanganan diare. 

Lantas, bagaimana cara menangatasi diare pada anak?

Baca Juga: Manfaat dan efek samping kunyit untuk kesehatan tubuh

Gejala dan jenis diare pada anak

Dirangkum dari laman resmi Kementerian Kesehatan, berikut gejala dan jenis diare pada anak: 

  • Diare tanpa dehidrasi: balita tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun, Balita akan kehilangan cairan <5% dari berat badan.
  • Diare dehidrasi ringan/sedang: balita mengalami gelisah atau rewel, mata cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.
  • Diare dehidrasi berat: ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat lambat > 2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.

Cara mengatasi diare pada anak

Berikut cara mengatasi diare pada anak untuk mencegah dehidrasi: 

1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.

2. Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.

3. Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3 bulan ke depan.

4. Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.

Baca Juga: Asam urat naik? Infused water sereh efektif meredakan asam urat

5. Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.

6. Pemberian makanan sesuai umur untuk mengatasi diare pada anak:

  • Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
  • Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
  • Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/kacang hijau.
  • Diare pada anak 1 tahun hingga 2 tahun: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
  • Balita umur 2 tahun lebih: berikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x sehari di antara waktu makan.

Baca Juga: Inilah cara mencuci buah yang bisa menghilangkan sisa-sisa pestisida

Anjuran makan untuk diare persisten

Perlu diketahui, jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut. Dan, bila lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare kronis/persisten.

Kalau anak masih mendapat ASI: berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang, dan malam

Jika anak mendapat susu selain ASI: kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI. Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah tempe, jangan beri susu kental manis. Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur.

Selanjutnya: 10 Penyebab kematian terbanyak menurut WHO, wajib dikenali dan diwaspadai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru