COVID-19 - Jakarta. Ada beragam gejala Covid-19 yang bermunculan. Selain batuk, pilek, dan demam, gejala Covid-19 juga bisa berupa gangguan penciuman parosmia. Bagaimana cara menyembuhkan gangguan parosmia akibat Covid-19?
Gangguan penciuman parosmia adalah salah satu gejala Covid-19 baru yang dilaporkan sejumlah penderita. Gejala ini dialami beberapa penderita long covid, atau orang yang tak kunjung sembuh (bisa sampai lebih dari 12 minggu) saat terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.
Selain itu, gejala parosmia juga dirasakan sejumlah penyintas Covid-19 yang sudah sembuh. Namun, gejala parosmia pada penderita Covid-19 bisa sembuh dalam periode tertentu. Berikut penjelasan lebih lanjut apa itu parosmia, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya
Apa itu parosmia? Dilansir dari Healthline, parosmia adalah gangguan penciuman yang membuat penderitanya merasakan aroma yang tidak semestinya. Misalnya, bau roti yang dipanggang biasanya harum manis jadi terasa bau busuk.
Atau, aroma yang biasanya tidak mengganggu jadi bikin mual. Untuk kasus parosmia yang parah, penderita bisa sampai merasa sakit secara fisik saat mencium bau yang menyengat atau punya aroma kuat.
Baca juga: Hidung tersumbat bisa jadi gejala Covid-19? Ini penjelasan ahli
Gejala parosmia
Sebagian besar kasus parosmia terasa lebih jelas ketika seseorang baru sembuh dari infeksi Covid-19. Dilansir dari Independent, beberapa penderita long covid dan orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 merasakan bau tak sedap seperti amis ikan atau benda terbakar di tempat dengan bau normal.
Selain itu, gejala parosmia yang banyak dikeluhkan adalah bau busuk atau tak sedap terus-menerus, terutama saat ada makanan. Terkadang, aroma yang tidak enak ini membuat penderita jadi mual sampai kehilangan selera makan.
Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) dapat mengenali gejala parosmia dangan pemeriksaan fisik, tes bau, dan mengecek riwayat kesehatan pasien. Parosmia biasanya muncul setelah saraf pendeteksi bau rusak karena infeksi atau penyakit lainnya.
Dalam kondisi normal, saraf indra penciuman bertugas memberitahu otak untuk menafsirkan suatu informasi kimiawi pembentuk bau. Kerusakan saraf membuat otak salah mengenali bau tertentu.
Penyebab parosmio
Ada beberapa penyebab parosmia, antara lain:
- Infeksi virus dan bakteri, seperti virus corona
- Cedera kepala
- Kebiasaan merokok
- Paparan bahan kimia
- Efek samping pengobatan kanker
- Penyakit alzheimer dan parkinson
- Tumor
Cara mengatasi parosmia
Parosmia yang disebabkan faktor lingkungan, efek samping pengobatan, atau merokok umumnya bisa disembuhkan dengan mengantisipasi penyebab utamanya. Di beberapa kasus, cara mengatasi parosmia memperlukan tindakan operasi.
Dokter juga jamak merekomendasikan terapi dengan zinc, vitamin A, dan obat antibiotik untuk mempercepat penyembuhan. Selain itu, penderita parosmia juga diarahkan untuk melatih indra penciuman seperti terapi untuk anosmia atau tak bisa mencium bau.
Cara menyembuhkan parosmia dengan terapi bau bisa dilakukan dengan mencium bau empat jenis aroma yang berbeda setiap pagi. Dengan latihan mengenalkan beberapa bau yang berbeda tersebut, memori indra penciuman penderita kembali diasah.
Parosmia umumnya dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Lamanya pemulihan masalah kesehatan ini tergantung penyebabnya.
Untuk parosmia yang disebabkan virus atau bakteri, indra penciuman umumnya akan kembali normal dalam waktu dua sampai tiga tahun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Apa itu Parosmia, Gejala Covid-19",
Penulis : Mahardini Nur Afifah
Editor : Mahardini Nur Afifah
Selanjutnya: 6 Gejala Covid-19 terbaru selain batuk dan demam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News