Sejarah Malam 1 Suro, Makna, dan Ritual Penting dalam Kebudayaan Jawa

Minggu, 22 Juni 2025 | 11:15 WIB   Penulis: Bimo Kresnomurti
Sejarah Malam 1 Suro, Makna, dan Ritual Penting dalam Kebudayaan Jawa

ILUSTRASI. Gambar Tahun Baru Islam 1446 H. 


TAHUN BARU - Malam 1 Suro 2025 diperkirakan jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025. Dalam penanggalan Jawa, malam satu Suro merupakan momen istimewa yang menandai pergantian tahun baru Jawa, tepatnya di awal bulan Suro.

Momen ini bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Berbeda dengan sistem masehi yang menghitung pergantian hari saat tengah malam, dalam tradisi Jawa, pergantian hari terjadi saat matahari terbenam. Oleh karena itu, malam 1 Suro dimulai sejak Magrib.

Meskipun Kementerian Agama belum merilis tanggal resmi 1 Muharram 1447 H, merujuk pada SKB 3 Menteri, tanggal tersebut akan jatuh pada 27 Juni 2025, sehingga malam 1 Suro diperingati pada malam sebelumnya.

Baca Juga: Deretan Mitos Larangan Malam 1 Suro yang Jarang Diketahui

Sejarah Kalender Jawa dan Makna 1 Suro

Bubur Suro

Kalender Jawa merupakan perpaduan dari kalender Hijriah (Islam), kalender Masehi (matahari), dan kalender Hindu. Sistem ini diperkenalkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram, pada 1633 Masehi, sebagai bentuk penyatuan antara nilai keislaman dan budaya lokal Jawa.

Melansir dari Jurnal IAIN Kediri, kalender jawa ini dapat menjadi simbol pemersatu antara kaum santri dan abangan pada masa penjajahan.

Hari 1 Suro, yang terkadang jatuh pada Jumat Legi, dianggap sebagai hari sakral. Masyarakat Jawa sering mengisi malam tersebut dengan kegiatan spiritual seperti pengajian, doa bersama, atau ziarah ke makam wali, seperti Sunan Ampel dan Sunan Giri.

Dalam kepercayaan masyarakat, malam satu Suro bukanlah waktu untuk hura-hura, melainkan saat untuk introspeksi, berdoa, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Bahkan, banyak yang menghindari bepergian pada malam ini, kecuali untuk kepentingan ibadah.

Baca Juga: Kapan Tahun Baru Islam 2025? Ini Penetapan 1 Muharram 1447 Hijriah

Perayaan dan Ritual Malam Satu Suro

Hingga kini, beberapa wilayah di Jawa masih melestarikan tradisi malam satu Suro, terutama Keraton Surakarta (Solo) dan Keraton Yogyakarta.

Di Solo, perayaan malam satu Suro dikenal dengan kirab Kebo Bule Kyai Slamet, yaitu kerbau berwarna putih yang diyakini sebagai hewan kesayangan Paku Buwono II sejak masa istana Kartasura.

Sementara itu, di Yogyakarta, perayaan malam satu Suro identik dengan kirab pusaka dan iring-iringan para abdi dalem yang membawa keris serta benda-benda pusaka lain. Gunungan tumpeng dan hasil bumi juga turut menyemarakkan kirab tersebut, mencerminkan syukur dan harapan akan kesejahteraan.

Baca Juga: Pegadaian Proyeksi Transaksi Gadai Meningkat Menjelang Tahun Ajaran Baru 2025/2026

Inti dari peringatan malam satu Suro adalah ketenangan jiwa dan keselamatan lahir batin. Oleh karena itu, malam ini diisi dengan doa bersama sebagai bentuk permohonan berkah dan perlindungan dari mara bahaya.

Masyarakat Jawa umumnya menjadikan bulan Suro sebagai momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan meningkatkan perbuatan baik.

Salah satu tradisi khas adalah Tapa Bisu, yakni ritual membungkam mulut selama prosesi berlangsung sebagai bentuk introspeksi dan refleksi diri atas perjalanan hidup selama setahun, serta menyambut tahun baru dengan kesiapan batin.

Demikian informasi seputar mengenai sejarah malam 1 Suro 2025, waktu terjadinya, dan tradisi yang dilakukan.

Tonton: Dampingi Prabowo, Bahlil Jajaki Kerjasama dengan Rusia Garap Proyek Migas

Selanjutnya: 8 Tempat Wisata Di Yogyakarta yang Menarik Dikunjungi Menjelang Libur Sekolah

Menarik Dibaca: Kenapa Bunga Lili Perdamaian Tak Kunjung Mekar? Ini 5 Penyebab dan Solusinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Bimo Kresnomurti

Terbaru