Dampak Memarahi Anak di Depan Umum: Kenali Risiko Mental & Sosial

Minggu, 28 September 2025 | 17:20 WIB
Dampak Memarahi Anak di Depan Umum: Kenali Risiko Mental & Sosial

ILUSTRASI. Dampak Memarahi Anak di Depan Umum: Kenali Risiko Mental & Sosial.


Sumber: Psychology Today  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Sering kali, orang tua tanpa sadar memarahi anak di tempat umum. Situasi seperti kenakalan yang tiba-tiba atau tantrum anak sering memicu reaksi emosional dari orang tua, membuat mereka melupakan kondisi sekitar.

Meskipun tujuan utamanya adalah mendisiplinkan anak agar berperilaku baik, cara yang diambil, terutama menggunakan kata-kata kasar dan mempermalukan anak di depan orang banyak, dapat berdampak buruk pada kepribadian dan perkembangan anak.

Oleh karena itu, orang tua perlu berhati-hati saat memberikan nasihat dan harus mengetahui konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan memarahi dan mempermalukan anak di depan umum.

Baca Juga: Rupiah Tertekan, Intervensi Perlu Diperkuat dan Suku Bunga SBN Dinaikkan

Dirangkum dari Moms dan Psychology Today berikut dampak buruk memarahi anak di depan umum.

Dampak Buruk Memarahi Anak di Depan Umum

  • Menurunkan Rasa Percaya Diri Anak

Memarahi anak di depan umum membuat mereka merasa dipermalukan. Anak mungkin sudah merasa malu atas kesalahannya, tetapi dengan teguran di depan orang banyak, rasa malu itu menjadi semakin besar dan diketahui publik.

Jika ini sering terjadi, anak dapat kehilangan rasa percaya dirinya. Mereka akan mulai meragukan kemampuan diri sendiri karena merasa direndahkan, terutama di tempat umum.

  • Merusak Hubungan Orang Tua dan Anak

Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak dapat terganggu akibat tindakan memarahi anak di tempat umum.

Anak yang sering dipermalukan di hadapan orang lain akan mempertanyakan kasih sayang orang tuanya.

Keraguan ini dapat membuat mereka menjadi tidak hormat dan tidak acuh pada orang tua. Jika dibiarkan, sikap ini bisa berkembang menjadi pembangkangan dan ketidakpatuhan terhadap nasihat orang tua.

  • Mengganggu Perkembangan Mental

Kata-kata kasar yang diucapkan saat memarahi anak akan terekam jelas dalam pikiran mereka.

Anak cenderung mengingat kata-kata negatif tersebut dan mulai meyakini bahwa mereka adalah seperti yang dikatakan orang tua.

Kebiasaan ini dapat mengganggu kesehatan mental anak, membuat mereka menjadi rendah diri, takut melakukan sesuatu, bahkan terbawa hingga dewasa.

Pada akhirnya, anak bisa menjadi pribadi yang enggan berpendapat.

Baca Juga: Siapa Tommy Hermawan Lo? Ini Profil Pengusaha di Balik Dewa United FC

  • Menghambat Ekspresi Diri Secara Alami

Memarahi dan mempermalukan anak di depan umum juga sangat memengaruhi cara mereka berekspresi. Anak akan cenderung membatasi diri karena takut dimarahi atau salah langkah.

Hal ini menghambat cara mereka mengembangkan rasa ingin tahu dan kebahagiaan secara alami.

Karena terlalu berhati-hati, anak akan kesulitan mengembangkan minat dan bakat, yang pada akhirnya dapat membuat mereka bingung tentang kemampuan menonjol apa yang sebenarnya mereka miliki.

Dampak Jangka Panjang: Risiko Gangguan Otak dan Perilaku Agresif

Selain empat dampak yang telah disebutkan di atas, kebiasaan memarahi dan membentak anak secara verbal, terutama dengan kekerasan verbal yang parah, dapat memiliki konsekuensi fisik pada otak anak.

Paparan terus-menerus terhadap amarah dapat mengganggu perkembangan otak, bahkan memengaruhi bagian yang bertanggung jawab untuk memproses suara dan bahasa.

Anak-anak yang sering dimarahi juga berisiko tinggi mengembangkan perilaku agresif di kemudian hari. Mereka mencontoh perilaku orang tua dan menganggap teriakan atau kekerasan verbal sebagai respons yang wajar terhadap masalah atau rasa marah.

Hal ini bisa berujung pada kesulitan bersosialisasi dan masalah hubungan dengan teman sebaya maupun orang lain saat mereka dewasa.

Solusi: Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Amarah dan di Tempat Umum

Mengingat dampak buruk yang masif, orang tua perlu menguasai strategi untuk mendisiplinkan anak tanpa harus terpancing emosi, terutama saat berada di tempat umum.

Berikut adalah pendekatan yang lebih efektif:

  • Alihkan Perhatian dan Pindahkan Lokasi:

Saat anak mulai tantrum di tempat umum, fokus utama bukanlah memberi ceramah, melainkan mengalihkan perhatian anak ke objek lain yang menarik, atau yang paling penting, segera memindahkan anak ke tempat yang lebih tenang atau privat (seperti mobil, restroom, atau sudut sepi) untuk meredakan emosi tanpa menjadi tontonan publik.

  • Gunakan Time-Out yang Tepat:

Setelah berada di lokasi yang tenang, terapkan teknik time-out yang bertujuan agar anak dapat menenangkan diri (calm-down time), bukan sebagai hukuman. Jelaskan bahwa mereka perlu waktu tenang sebelum dapat membicarakan situasinya.

Tonton: Bahlil: Freeport Hentikan Penambangan untuk Cari Pekerja yang Terjebak

  • Terapkan Konsekuensi, Bukan Hukuman

Setelah anak tenang dan berada di rumah, diskusikan perilakunya dengan suara lembut tapi tegas. Berikan konsekuensi logis atas kesalahan yang dilakukan, bukan hukuman yang mengandung kata-kata kasar atau penghinaan. Misalnya, jika mereka merusak mainan, konsekuensinya adalah mereka harus membantu membersihkan serpihan mainan itu, bukan dicela atau dibandingkan.

  • Jadilah Role Model Emosi

Orang tua harus menjadi panutan dalam mengelola emosi. Menarik napas panjang, menenangkan diri sejenak, atau bahkan meminta maaf kepada anak karena kehilangan kesabaran adalah cara yang baik untuk mengajari anak tentang regulasi emosi yang sehat.

Dengan menerapkan strategi yang tenang dan konsisten, orang tua tidak hanya mendisiplinkan perilaku anak dalam jangka pendek, tetapi juga membantu membangun dasar mental dan emosional yang kuat untuk masa depannya.

Selanjutnya: Cukai Rokok Tak Naik Tahun Depan, Menkeu Purbaya Fokus Lakukan Ini

Menarik Dibaca: Tips Praktis Nutrisi Anak Gen Alpha Lewat Susu & Mikronutrien

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Terbaru