COVID-19 - Jakarta. Memakai masker adalah cara terbaik mencegah infeksi virus corona penyebab Covid-19. Meskipun virus corona terus bermutasi, masker tetap efektif mencegah Covid-19.
Berbagai mutasi virus corona penyebab Covid-19 sudah masuk ke Indonesia. Selain hasil mutasi virus corona di Inggris, yakni B.1.1.7, mutasi virus corona "Eek" dari Afrika Selatan dan Brasil sudah masuk ke Indonesia.
Sebagai salah satu alat pelindung diri yang utama dari ancaman infeksi Covid-19, masker wajah memiliki beberapa varian yang berbeda-beda. Beberapa jenis masker lebih efektif menghalau droplet saat kita batuk, bersin, atau berbicara ketimbang yang lain.
Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Duke University, Durham, North Carolina, Amerika Serikat membuat daftar berisi 14 jenis masker tersebut. Daftar tersebut diisi mulai dari masker medis N95 hingga masker buatan rumah.
Peneliti mengurutkan jenis masker mana yang paling baik dalam menghalau virus, dan mana yang terburuk. Dalam studi tersebut, peneliti meminta partisipan yang memakai berbagai jenis masker untuk mengucapkan kata-kata "stay healthy, people" sebanyak lima kali.
Baca juga: Virus Eek, varian corona yang masih mengancam orang sudah divaksin
Sebagai pembanding, peserta juga mengucapkan kata-kata yang sama tanpa masker. Bersamaan dengan itu, digunakan laser dan kamera ponsel untuk melacak partikel yang dilepaskan dari mulut peserta penelitian saat berbicara.
Setiap masker diuji sebanyak 10 kali, dan algoritme menentukan dengan tepat berapa banyak tetesan yang lolos dari masker wajah. Hasil riset yang dimuat ke dalam jurnal Science Advances ini bukanlah uji coba terkontrol secara acak.
Penelitian ini adalah konsep studi bukti yang dirancang untuk mengetahui apakah metode pengujian baru berhasil atau tidak. Para ahli mengingatkan, jenis masker wajah apa pun lebih baik daripada tidak menggunakan masker.
Bahkan bandana satu lapis atau pelindung leher (neck gaiter) yang tidak melindungi pemakainya secara sempurna, jauh lebih baik ketimbang sama sekali tidak menggunakan masker.
Masker N95
Pada studi tersebut, masker wajah N95 tingkat medis adalah yang paling efektif dalam "mengurung" partikel. Respirator N95 diketahui menyaring setidaknya 95 persen partikel di udara.
"Ini adalah tingkat pengendalian partikel yang sangat tinggi, itulah sebabnya para pekerja asbes dan silika memakai N95," kata Jack Caravanos, DrPH.Caravanos adalah profesor klinis di College of Global Public Health NYU, New York City, AS.
Masker ini disediakan untuk tenaga medis, karena lapisan perlindungan pada N95 diperlukan dalam pengaturan perawatan kesehatan.
Untuk berinteraksi sehari-hari, para ahli mengatakan penutup wajah kain dan masker merupakan perlindungan yang memadai, terutama jika seseorang juga menerapkan jarak fisik.
Namun, Caravanos menyarankan kita untuk menghindari masker wajah dengan katup pernapasan. "Katup plastik di depan masker memudahkan untuk mendorong aerosol keluar, jadi kami menyarankan untuk tidak menggunakan masker dengan katup pernapasan atau pembuangan," kata dia.
Udara yang keluar dari katup tidak difilter, sehingga masker ini melindungi pemakainya, namun tidak melindungi orang-orang di sekitarnya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menganjurkan agar tidak memakai masker dengan katup atau ventilasi pernapasan. Variasi lain dari masker tingkat medis N95, yaitu masker KN95, sama efektifnya dalam menyaring partikel. Sayangnya, masker ini cenderung tidak pas di wajah.
"Beberapa masker KN95 mungkin pas dan yang lainnya longgar," kata Caravanos. "Jika kita memiliki satu yang pas dengan wajah, itu akan seefektif N95."
Masker bedah
Masker bedah tiga lapis berada di urutan kedua dalam studi para peneliti di Duke University, dan nomor satu menurut Caravanos. "Masker bedah tiga lapis murah, sekali pakai, memudahkan bernapas serta memiliki banyak lapisan."
Dalam uji coba, masker ini hanya menyebarkan partikel 0-0,1 tetesan saat pemakainya berbicara.
Baca juga: Jadi negara dengan kasus virus corona terbanyak kedua di dunia, India salip Brasil
Masker berbahan katun
Selanjutnya adalah masker katun berlapis ganda dan yang dibuat dengan kain polipropilen, yang biasa digunakan sebagai filter pada masker wajah.
Dalam penelitian di Duke University, keduanya mampu mengurangi jumlah semburan dari percakapan normal dan sama efektifnya dengan masker bedah standar.
"Saat membeli masker katun, carilah yang 100 persen katun tenun ketat," ujar Caravanos. "Jika tidak dijalin dengan rapat, partikel virus bisa lolos," sambung dia.
"Kita membutuhkan setidaknya dua lapisan, karena dengan begitu, setiap partikel yang melewati lapisan pertama akan disaring oleh lapisan kedua," tambah dia.
Caravanos melanjutkan, masker wajah yang pas dan rapat sangatlah penting. "Masker harus ketat dengan kurva dagu di bagian bawah untuk mencegah sesuatu keluar," kata dia.
Masker katun tidak selalu memiliki penjepit hidung yang melindungi penutup di sekitar hidung, dan ini bisa berdampak buruk. "Masker bisa merosot dan saat kita menghembuskan napas atau menghirup, partikelnya bisa keluar."
Itu sebabnya, masker wajah dianjurkan menutupi mulut dan hidung agar efektif secara maksimal. "Bukan hanya batuk atau bersin yang menyebarkan tetesan virus, tapi juga bernapas, jadi jika hidung tidak tertutup dengan baik, kita tetap menghembuskan tetesan halus ini."
Begitu kata Manhar Dhanak, PhD, Ketua Departemen Teknik dan Sains di Florida Atlantic University di Boca Raton.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masker kain harus terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
- Lapisan dalam dari bahan penyerap seperti kapas
- Lapisan tengah atau filter yang terbuat dari bahan bukan tenunan seperti polipropilen
- Lapisan luar dari bahan non-penyerap seperti campuran poliester atau poliester
Jika menggunakan masker katun atau kain, siapkan beberapa. "Ide yang bagus untuk memiliki setidaknya lima masker sehingga kita punya waktu untuk membersihkan dengan benar untuk membasmi kuman," kata Caravanos.
Selain menangkal virus, masker yang rutin dibersihkan akan mencegah maskne, atau jerawat yang timbul dari pemakaian masker wajah.
Baca juga: Per Senin (12/4): Kasus Corona RI tembus 1.571.824, tetap taat prokes 5M
Masker yang tidak efektif
Masker yang tidak efektif dalam penelitian Duke University adalah bandana, masker rajutan, dan pelindung leher. Hasil penelitian menunjukkan, pelindung leher sebenarnya hanya bekerja sedikit lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali.
Namun, para peneliti mencatat, dalam riset ini hanya diuji satu jenis pelindung leher pada satu orang, dan tidak semua pelindung leher sama. Peneliti lain melakukan serangkaian eksperimen dan juga menyanggah temuan ini.
Mereka menunjukkan, ketika pelindung leher dipakai dua lapis, pelindung itu menghalangi berbagai ukuran partikel. "Penutup wajah apa pun lebih baik daripada tanpa penutup wajah," sebut Dhanak.
Itulah masker yang efektif dan tidak efektif menangkal virus corona penyebab Covid-19. Ingat, pandemi Covid-19 masih terjadi, tetap patuhi protokol kesehatan. (Gading Perkasa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul "Melihat Jenis Masker yang Paling Efektif Menangkal Covid-19"
Selanjutnya: Tangsel satu-satunya zona merah corona di Pulau Jawa per awal April, ini penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News