SEJARAH - Hari Jadi ke-193 Kabupaten Purworejo 2024 akan diperingati pada Selasa, 26 Februari 2024. Sejarah Purworejo dapat ditelusuri sejak masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Asal-usul nama Purworejo juga sempat mengalami perubahan nama dari Brangkelan menjadi Purworejo. Nah, tema Hari Jadi Kabupaten Purworejo ke-193 ini adalah “Dadya Ngabekti Tanpa Sikara”.
Arti tema Hari Jadi Purworejo 2024 tersebut bahwa di umur baru Kabupaten Purworejo ini, masyarakat bisa menjadi orang yang turut membangun daerahnya sendiri tanpa berkhianat, mengacau, dan membuat perpecahan yang akan mengganggu ketertiban dan ketentraman daerahnya.
Lantas, seperti apa sejarah Purworejo dan asal-usul nama Purworejo?
Baca Juga: Kumpulan Twibbon Hari Jadi ke-193 Kabupaten Purworejo 27 Februari 2024, Yuk Ramaikan!
Sejarah Purworejo
Wilayah Kabupaten Purworejo awalnya lebih dikenal sebagai wilayah tanah Bagelen.
Dikutip dari buku "Batikku-Pengabdian Cinta Tak Berkata" oleh Ani Bambang Yudhoyono, peran Bagelen sangatlah penting pada perkembangan Kerajaan Mataram, baik Mataram Hindu maupun Mataram Islam.
Pada masa Galuh-Tarumanegara, Bagelen mulai dikenal sebagai pusat agama Syiwa Buddha di Jawa Tengah. Leluhur Bagelen adalah keturunan Raja Syailendra sehingga meninggalkan warisan arkeologi berciri lingga-yoni yang khas pada masanya.
Baca Juga: 25 Ucapan Hari Jadi ke-193 Kabupaten Purworejo 27 Februari 2024, Yuk Ramaikan!
Kemudian, Bagelen juga berperan penting dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di tanah Jawa bagian Selatan.
Dirangkum dari laman Kabupaten Purworejo, dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para tokoh Bagelen adalah pasukan andalan dari Satuwijaya yang setelah bertahta bergelar Panembahan Senapati.
Saat Perang Diponegoro yang dimulai tahun 1825, wilayah Bagelen juga menjadi ajang pertempuran dan Pangeran Diponegoro mendapat dukungan luas dari masyarakat setempat.
Pada waktu itu, wilayah Bagelen dijadikan karesidenan dan masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda dengan ibu kotanya Kota Purworejo.
Baca Juga: Simak Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo Senin-Minggu, 26 Februari-3 Maret 2024
Wilayah karesidenan Bagelen dibagi menjadi beberapa kadipaten, antara lain kadipaten Semawung (Kutoarjo) dan Kadipaten Purworejo dipimpin oleh Bupati Pertama raden Adipati Cokronegoro Pertama.
Dalam perkembangannya, Kadipaten Semawung (Kutoarjo) kemudian digabung dengan Kadipaten Purworejo. Pada 1936, Gubernur Jenderal Hindia Belanda merubah administrasi pemerintah dengan menggabungkan Kedu Selatan, Karanganyar, dan Ambal menjadi Kabupaten Kebumen.
Sedangkan Kabupaten Kutoarjo ditambah sejumlah wilayah yang dulu masuk administrasi Kabupaten Urut Sewu atau Ledok digabung menjadi Kabupaten Purworejo.
Sementara Kabupaten Ledok menjadi Kabupaten Wonosobo. Kemudian, ada beberapa tokoh sejarah yang berasal dari Purworejo diantaranya adalah WR Supratman Komponis lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”, Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal A.Yani, Sarwo Edy Wibowo dan sebagainya.
Baca Juga: Klaster Batik Megulung Kidul Rasakan Manfaat Desa BRILiaN dari BRI
Asal-usul nama Purworejo
Sebelum tahun 1831, Purworejo dikenal sebagai Brengkelan atau Kedung Kebo. Nama ini merujuk pada tangsi militer dan benteng Belanda yang didirikan pada awal Perang Jawa (1825-1830).
Asal-usul nama Purworejo pertama kali disampaikan oleh RAA Tjokronegoro pada 27 Februari 1831. Tanggal ini jugalah yang menjadi acuan Hari Jadi Kabupaten Purworejo.
Dirangkum dari laman Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Adipati Tjokrojoyo yang saat itu Bupati Brengkelan, menyampaikan perubahan yakni Brengkelan menjadi Purworejo.
Baca Juga: OJK Cabut Izin Usaha Perumda BPR Bank Purworejo
Dia sekaligus juga mengumumkan perubahan namanya yang semula Kanjeng Raden Tumenggung Tjokrojoyo menjadi Raden Adipati Arya (RAA) Tjokronegoro.
Sehingga, tanggal 27 Februari 1831 merupakan momentum perubahan penyebutan untuk wilayah yang meliputi antara lain Tanggung, Brangkilen, Kedungkebu, Loano, Bragolan, Banyuurip yang semula bagian Kadipaten Brengkelan menjadi Purworejo.
Perubahan nama dimaksudkan agar di wilayah tersebut mengawali untuk maju, unggul dalam berbagai bidang, menjadi masyarakat yang makmur dan mulia atau mulyo.
Baca Juga: Jawa Tengah Waspada Bencana, Ini Peringatan Dini Cuaca Besok (7/2) Hujan Lebat
Ada juga penegasan jati diri dan sifat kemandirian dengan menanggalkan gelar dan nama pemberian sebelumnya, yaitu KRT Tjokrojoyo menjadi Raden Adipati Aryo Tjokronegoro.
Selain itu, nama Purworejo juga mengandung harapan kemajuan wilayah dan masyarakatnya dengan tetap menjunjung tinggi nilai religius dan budaya.
Demikian penjelasan mengenai sejarah Purworejo dan asal-usul nama Purworejo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News