Tips cara menghilangkan rasa cemas dan stres yang meningkat saat pandemi

Jumat, 16 Juli 2021 | 18:10 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Tips cara menghilangkan rasa cemas dan stres yang meningkat saat pandemi


KESEHATAN MENTAL - Selama pandemi berlangsung, masyarakat sering mengalami peningkatan stres dan rasa cemas. Agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, ada tips untuk menghilangkan stres dan rasa cemas tersebut. 

Berita tidak menyenangkan sering muncul selama pandemi Covid-19 berlangsung. Informasi tentang kenaikan angka positif Covid-19 hingga kematian  orang terdekat terus berdatangan silih berganti. 

Informasi hoaks yang masif memperparah berita tidak menyenangkan dan membuat suasana hati semakin memburuk. Stres dan rasa cemas sering kali muncul akibat berita-berita tersebut. 

Bersumber dari laman Universitas Airlangga (Unair), dosen Fakultas Psikologi Unair Tri Kurniati Ambarini mengajak masyarakat untuk mampu mengelola stres dengan baik. 

Melansir situs Unair, pengajar yang akrab disapa Rini ini mengajak masyarakat untuk bersama mengelola stres dan menghadapi kecemasan. 

Pada webinar series yang diselenggarakan UP PJB Gresik, Kamis (15/7), dia memberikan survei kepada audiens di mana hasilnya menunjukkan rata-rata gejala stres yang dialami saat pandemi adalah pusing dan cemas. 

Sementara stresor atau stimulus yang memicu stres adalah pekerjaan. Dari hasil survei tersebut, Rini memaparkan, stresor pada usia produktif cenderung bermula dari pekerjaan.

Menurutnya, pekerjaan sangat menyita waktu dan tenaga sehingga memicu stres pada rata-rata audiens. 

Baca Juga: Ini daftar pertanyaan untuk BKN dan instansi CPNS 2021, jangan sampai keliru

Tips menghilangkan stres dan rasa cemas

Rasa cemas dan stres yang timbul saat pandemi bisa dikurangi bahkan dihilangkan. Rini membagikan beberapa tips yang bisa diterapkan yang sedang mengalami stres

Pertama adalah menenangkan, kemudian mengalihkan perhatian untuk sementara atau membantu menoleransi kesulitan atau kesusahan. 

“Misalnya, teman kita merasa sedih setelah kematian orang yang dicintai. Kita tidak perlu sad block dengan mengucapkan, sudah enggak perlu sedih, karena artinya mereka (lingkungan) menghargai arti kehilangan. Sama halnya dengan anak kecil yang kehilangan barang kemudian menangis,” jelasnya. 

Sebab, kadar kesedihan berbeda di masing-masing orang. Lebih lanjut, Anda perlu mampu memberikan waktu kepada seseorang yang baru saja kehilangan. 

Setelahnya, ajak orang tersebut untuk melakukan aktivitas positif yang ia sukai. Selain mengelola emosi saat merasa sedih, Anda juga perlu mempelajari strategi saat marah. 

Rini menyebutkan, cara yang sehat saat marah adalah dengan menenangkan diri sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin disesali. 

Baca Juga: Terakhir 21 Juli, simak lagi syarat pendaftaran CPNS, PPPK guru, dan PPPK non guru

Waktu yang tepat pergi ke psikolog

Meskipun Anda bisa mengatasi rasa cemas dan stres, ada titik di mana memerlukan penanganan dari psikolog.

Jika merasa sedih yang berlarut hingga penurunan fungsi otak yang mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda perlu segera mendatangi psikolog. 

Rini juga merekomendasikan tempat lain jika akses ke psikolog tidak tersedia. “Jika tidak punya akses ke profesional tidak apa-apa. Pilih saja orang yang dianggap bisa memberikan energi positif. Selain itu bisa juga diarahkan ke hal-hal ibadah,” terangnya.

Jika kebetulan teman atau kerabat meminta pertolongan, Anda bisa memberikan energi positif dengan mendengarkannya. 

Rini menyarankan, untuk mendengar apa yang teman atau kerabat rasakan. Soalnya, orang yang sedang stres hanya mau didengarkan. 

Mereka sebetulnya sudah tahu apa yang harus dilakukan, namun membutuhkan validasi atas apa yang akan dilakoninya serta bantu keluarkan emosi negatifnya. 

Ia juga memberikan arahan bagi masyarakat yang sudah melakukan upaya untuk taat protokol kesehatan dan mengingatkan sekelilingnya, namun justru mendapat respons yang seakan bertolak belakang. 

Beberapa masyarakat memang tidak taat dengan protokol kesehatan, panic buying, dan lain-lain. Pasalnya, orang-orang punya cara masing-masing dalam menenangkan pandemi. 

"Jangan-jangan, ketika kita mengingatkan makin menambah stressor bagi mereka. Jadi, jika masih ada kesempatan ajak diskusi saja. Jika tidak bisa, maka  hanya doa sebagai bentuk ikhtiarnya,” jelas Rini. 

Selanjutnya: Holding BUMN pertambangan ini bakal buka lowongan kerja, cek infonya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Tiyas Septiana

Terbaru