Masker yang harus dipakai dan dihindari untuk cegah virus corona yang terus bermutasi

Selasa, 13 April 2021 | 11:35 WIB Sumber: Kompas.com
Masker yang harus dipakai dan dihindari untuk cegah virus corona yang terus bermutasi


COVID-19 - Jakarta. Memakai masker adalah cara terbaik mencegah infeksi virus corona penyebab Covid-19. Meskipun virus corona terus bermutasi, masker tetap efektif mencegah Covid-19.

Berbagai mutasi virus corona penyebab Covid-19 sudah masuk ke Indonesia. Selain hasil mutasi virus corona di Inggris, yakni B.1.1.7, mutasi virus corona "Eek" dari Afrika Selatan dan Brasil sudah masuk ke Indonesia.

Sebagai salah satu alat pelindung diri yang utama dari ancaman infeksi Covid-19, masker wajah memiliki beberapa varian yang berbeda-beda. Beberapa jenis masker lebih efektif menghalau droplet saat kita batuk, bersin, atau berbicara ketimbang yang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Duke University, Durham, North Carolina, Amerika Serikat membuat daftar berisi 14 jenis masker tersebut. Daftar tersebut diisi mulai dari masker medis N95 hingga masker buatan rumah.

Peneliti mengurutkan jenis masker mana yang paling baik dalam menghalau virus, dan mana yang terburuk. Dalam studi tersebut, peneliti meminta partisipan yang memakai berbagai jenis masker untuk mengucapkan kata-kata "stay healthy, people" sebanyak lima kali.

Baca juga: Virus Eek, varian corona yang masih mengancam orang sudah divaksin

Sebagai pembanding, peserta juga mengucapkan kata-kata yang sama tanpa masker. Bersamaan dengan itu, digunakan laser dan kamera ponsel untuk melacak partikel yang dilepaskan dari mulut peserta penelitian saat berbicara.

Setiap masker diuji sebanyak 10 kali, dan algoritme menentukan dengan tepat berapa banyak tetesan yang lolos dari masker wajah. Hasil riset yang dimuat ke dalam jurnal Science Advances ini bukanlah uji coba terkontrol secara acak.

Penelitian ini adalah konsep studi bukti yang dirancang untuk mengetahui apakah metode pengujian baru berhasil atau tidak. Para ahli mengingatkan, jenis masker wajah apa pun lebih baik daripada tidak menggunakan masker.

Bahkan bandana satu lapis atau pelindung leher (neck gaiter) yang tidak melindungi pemakainya secara sempurna, jauh lebih baik ketimbang sama sekali tidak menggunakan masker.

Masker N95

Pada studi tersebut, masker wajah N95 tingkat medis adalah yang paling efektif dalam "mengurung" partikel. Respirator N95 diketahui menyaring setidaknya 95 persen partikel di udara.

"Ini adalah tingkat pengendalian partikel yang sangat tinggi, itulah sebabnya para pekerja asbes dan silika memakai N95," kata Jack Caravanos, DrPH.Caravanos adalah profesor klinis di College of Global Public Health NYU, New York City, AS.

Masker ini disediakan untuk tenaga medis, karena lapisan perlindungan pada N95 diperlukan dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Untuk berinteraksi sehari-hari, para ahli mengatakan penutup wajah kain dan masker merupakan perlindungan yang memadai, terutama jika seseorang juga menerapkan jarak fisik.

Namun, Caravanos menyarankan kita untuk menghindari masker wajah dengan katup pernapasan. "Katup plastik di depan masker memudahkan untuk mendorong aerosol keluar, jadi kami menyarankan untuk tidak menggunakan masker dengan katup pernapasan atau pembuangan," kata dia.

Udara yang keluar dari katup tidak difilter, sehingga masker ini melindungi pemakainya, namun tidak melindungi orang-orang di sekitarnya.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menganjurkan agar tidak memakai masker dengan katup atau ventilasi pernapasan. Variasi lain dari masker tingkat medis N95, yaitu masker KN95, sama efektifnya dalam menyaring partikel. Sayangnya, masker ini cenderung tidak pas di wajah.

"Beberapa masker KN95 mungkin pas dan yang lainnya longgar," kata Caravanos. "Jika kita memiliki satu yang pas dengan wajah, itu akan seefektif N95."

Editor: Adi Wikanto

Terbaru